Kamis, 22 Agustus 2013

Guru Pendidikan Khusus sebagai Katup Pengaman Keutuhan NKRI

Jakarta--Guru-guru yang bertugas di daerah khusus dan yang melayani anak-anak berkebutuhan khusus tugasnya lebih berat dibandingkan dengan guru-guru yang lain. Di samping mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa, para guru di daerah khusus juga menjadi bagian dari katup pengaman keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Khususnya mereka yang bertugas di daerah perbatasan dan di pulau-pulau terluar Indonesia, di daerah terbelakang, serta masyarakat adat yang terpencil,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh pada acara silaturrahmi antara guru SD berdedikasi di daerah khusus dan guru pendidikan khusus berdedikasi Tingkat Nasional dengan Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudoyono di Istana Negara, Jakarta, Selasa (20/8).
Mendikbud mengatakan, guru-guru pendidikan khusus di samping mendidik dan mencerdaskan bangsa bagi anak-anak berkebutuhan khusus, dengan segala keragamannya, dedikasi guru-guru Pendidikan Khusus menjadi keniscayaan, karena pendidikan adalah hak semua anak Indonesia, tanpa terkecuali.
“Bagi Guru Daerah Khusus dan Guru Pendidikan Khusus berdedikasi, silaturrahmi dengan Ibu Negara di Istana Presiden ini tidak ternilai harganya dan sangat mungkin hanya berlangsung satu kali selama karir dan pengabdian mereka sebagai guru,” kata Menteri Nuh.
Silahturahim ini, kata Mendikbud, merupakan acara yang utama dan luar biasa bagi bapak dan ibu guru karena dapat diterima di ruangan Istana oleh Ibu Negara. Oleh karena itu, lanjut Mendikbud, bagi guru SD yang bertugas di daerah khusus dan guru pendidikan khusus berdedikasi, kegiatan bersilarurrahmi dengan Ibu Negara tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. “Sangat membanggakan sekaligus membangun semangat untuk bekerja lebih baik,” katanya
Menurut Mendikbud, hanya guru-guru yang berdedikasi luar biasa dalam mendidik anak-anak bangsa yang bisa hadir di sini untuk bersilaturrahmi dengan Ibu di Istana.
Acara ini dihadiri oleh Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudoyono,  Herawati Boediono,  Ibu-Ibu Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatupara sesepuh Paguyuban Ria Pembangunan dan Pengurus Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesiadan jajarannya,  Direktur Utama JAMSOSTEK, perwakilan BRI Peduli Pendidikan, para donatur, dan para guru SD dari daerah khusus dan guru pendidikan khusus berdedikasi tingkat nasional. (EH).

www.kemdiknas.go.id

Minggu, 18 Agustus 2013

Tahun 2014, Anggaran Pendidikan Naik 7,5 Persen

Jakarta -- Tahun 2014, anggaran pendidikan disiapkan Rp. 371,2 triliun atau naik 7,5% dibandingkan anggaran pendidikan tahun ini yaitu sebesar Rp 345,3 triliun. Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pidato Nota Keuangan 2014 di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hari ini menyampaikan Pidato Kenegaraan di depan sidang bersama DPR-RI dan DPD-RI di Gedung MPR/DPR RI Jakarta dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI. Sidang tersebut dipimpin oleh Ketua DPD-RI Irman Gusman. Dikutip dari laman setneg.go.id, Presiden menyatakan apa yang telah dilakukan Indonesia dewasa ini tidak sebatas reformasi, tetapi sebuah transformasi.
Terkait sektor pendidikan, mulai tahun pelajaran 2013/2014 wajib belajar 9 tahun (jenjang pendidikan dasar), ditingkatkan ke jenjang pendidikan menengah, melalui program Pendidikan Menengah Universal (PMU). "Hal ini dimaksudkan, agar anak-anak Indonesia pada usia 16-18 tahun pada tahun 2020 nanti minimal 97% berpendidikan menengah. Apabila tanpa program PMU, angka tersebut baru dicapai pada tahun 2040," kata Presiden SBY seperti dikutip dari www.detik.com.
Satu masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus, kata Presiden, adalah distribusi guru antar satuan pendidikan dan antar wilayah yang belum merata. Daerah-daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan, masih ada yang belum terpenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar pelayanan minimal.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan akan terus dilakukan, antara lain melalui peningkatan kualitas guru termasuk di dalamnya sertifikasi guru dan implementasi kurikulum 2013. Beberapa program afirmasi akan tetap dilanjutkan dan ditingkatkan seperti pengiriman guru, pada daerah terpencil, terluar dan tertinggal (3T), pengiriman pelajar asal Papua untuk melanjutkan studinya di beberapa SMA/SMK dan Perguruan Tinggi Negeri terbaik di luar Papua.
Presiden SBY juga mengatakan akan terus membangun infrastruktur sekolah. Anggaran akan disediakan untuk melanjutkan penuntasan rehabilitasi ruang kelas rusak, pembangunan sekolah baru, akademi komunitas dan sarana pendukungnya. "Selain itu untuk makin memeratakan akses pendidikan, dalam tahun 2014 kita tingkatkan lagi penyediaan bantuan siswa miskin (BSM) dan beasiswa Bidikmisi," kata Presiden menambahkan. (NW)
Keterangan : foto diambil dari www.detik.com

Kurikulum Baru

oleh Sukemi
Staf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi Media
Suasana baru pada tahun pelajaran baru 2013 yang serentak dimulai, Senin, 15 Juli ini, menjadi momentum menarik dan perlu dicatat dalam lembar sejarah pendidikan. Betapa tidak, para peserta didik di jenjang SD, SMP, SMA dan SMK, sedikitnya di 6.325 sekolah pada 295 kabupaten/kota di 33 provinsi, ditambah sekitar 1.488 sekolah mandiri, akan memulai pengimplementasian Kurikulum 2013.
Saya sedang membayangkan di sekolah-sekolah itu --terutama di kelas 1, 4, 7 dan 10-- bukan hanya ditemukan baju seragam dan sepatu baru, tapi juga suasana berbeda, yakni gairah baru akan diterapkannya Kurikulum 2013. Memang muncul keraguan, apakah kurikulum baru itu benar-benar bisa diterapkan, sementara proses pelatihan guru di sekolah-sekolah sasaran baru berakhir dua hari lalu?
Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya, karena itu wajar jika muncul keraguan. Tulisan berikut ingin mengukuhkan kembali, bahwa Kurikulum 2013 dengan segala kekurangan dan kelebihannya, adalah momentum yang layak untuk dicatat dalam lembar sejarah pendidikan di negeri ini.
Guru Jadi Taruhan
Semua paham, kurikulum dapat dimaknai sebagai kumpulan teks yang berisi keinginan, cita-cita, dan harapan terhadap materi dari proses pembelajaran, untuk mencapai hasil yang diinginkan (kompetensi). Di dalam kurikulum itu terdapat sedikitnya empat komponen utama (i) standar kompetensi lulsuan yang diharapkan; (ii) standar isi materi yang akan diajarkan; (iii) standar proses pembelajaran (metodologi); dan standar proses penilaian.
Dari empat komponen itu, maka guru menjadi taruhan terhadap keberhasilan implementasi kurikulum. Disinilah pentingnya pembekalan dan pelatihan bagi guru. Melihat perjalanan pada kegiatan pelatihan instruktur nasional, guru inti, dan guru sasaran, kita boleh berharap banyak guru mampu mengimplementasikannya dengan baik. Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan instruktur nasional misalnya, nilai rerata yang dicapai dari pres test ke post test mengalami kenaikan cukup signifikan 20,60%. Kenaikan tertinggi ada pada materi rasionalitas kurikulum (44,64%), lainnya, materi analisis materi ajar (11,05%), dan materi rancangan pembelajaran dan praktik (9,53%).
Optimisme ini perlu ditanamkan dan dijadikan virus, sehingga stigma negatif yang berkembang selama ini terhadap guru, bisa diperbaiki. Memang pada dasarnya guru kita bisa, mau, dan mampu untuk diajak berubah ke arah lebih baik.
Sejatinya, didalam lubuk hati terdalam, tidak ada guru yang tidak ingin peserta didiknya menjadi generasi lebih unggul dan lebih baik. Adigium lama mengatakan, guru yang sukses adalah guru yang bisa dikalahkan oleh muridnya. Dari hasil tiga pelatihan berjenjang itu pulalah, ke depan, posisi guru yang jadi taruhan kesuksesan terhadap implementasi Kurikulum 2013 harus disiapkan sistem pelatihan yang lebih baik dan komperhensif. Termasuk didalamnya melakukan reorientasi terhadap lembaga penyiapan pengadaan guru, yaitu Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Ini penting, karena Kurikulum 2013 telah disiapkan sedemikian rupa untuk mengantisipasi perubahan-perubahan terhadap kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Jenlink (1995) mengungkapkan, bahwa masa depan akan berbeda secara dramatis dari masa sekarang, dan itu sudah menuntut kita mempersiapkan untuk perubahan penting yang sedang terjadi pada kehidupan kita dengan kekuatan perubahan yang akan memerlukan kita mengalihkan pola pikir kita sekarang tentang dunia yang kita ketahui.
Pendidikan dan dalam hal ini kurikulum sebagai the heart of education (Klein, 1992) harus mempersiapkan generasi bangsa yang mampu hidup dan berperan aktif dalam kehidupan lokal, nasional, dan lokal yang mengalami perubahan dengan cepat tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Oliva (1982), kurikulum perlu memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, ilmu pengetahuan, kepemimpinan, dan politik. Disinilah sesungguhnya desain Kurikulum 2013.
Momentum Perubahan
Merujuk Kurikulum 2013, sedikitnya ada tiga hal yang dapat dijadikan momentum perubahan sebagai efek domino dari implementasi Kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan upaya pengendalian terhadap buku pelajaran. Buku pegangan guru dan siswa pada Kurikulum 2013 disiapkan oleh Pemerintah. Ini artinya, kualitas isi bisa dipertanggungjawabkan. Dalam hal harga, jika memang peserta didik harus membeli, karena sekolah memilih untuk mengimplementasikannya secara mandiri, harga buka sudah bisa ditekan lebih wajar.
Dalam hal buku, ada yang menyatakan, Kurikulum 2013 telah mematikan peran penerbit dan percetakan. Tentu pernyataan itu tidak 100 persen benar, karena yang disiapkan Pemerintah hanyalah buku wajib siswa dan guru. Buku pengayaan masih bisa diterbitkan oleh penerbit. Sedang pengadaan pencetakan buku yang disiapkan Pemerintah diserahkan sepenuhnya kepada percetakan melalui sistem lelang terbuka.
Momentum kedua, Kurikulum 2013 dapat memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler, serta penguatan peran guru bimbingan dan konseling (BK). Selama ini, kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler, berjalan terpisah, padahal semestinya tiga ranah pendidikan itu utuh dalam satu kesatuan.
Ketiga, masih terkait dengan hal kedua, memperkuat integrasi pengetahuan-bahasa-budaya dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pilihan ekstra kurikuler Pramuka dan pengarusutamaan pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013, termasuk didalamnya pendidikan agama dan budi pekereti, adalah bagian tidak terpisahkan dalam kerangka pemahaman utuh terhadap NKRI, sebagai sebuah keniscayaan.
Inilah hal-hal yang perlu dicatat dalam menandai datangnya tahun pelajaran baru dan implementasi kurikulum baru. Harapannya, memasuki tahun pelajaran dengan kurikulum baru, bersamaan dengan pelaksanaan Puasa Ramadhan 1434 H, dapat menjadi semangat bagi guru dan peserta didik, menjadi generasi yang lebih baik. (****)
Artikel ini Sudah dimuat di Koran Republika, 13 Juli 2013

Enam Program Prioritas Pendidikan di Tahun 2014

Jakarta -- Pemerintah Indonesia memprioritaskan enam program utama di tahun 2014 pada sektor pendidikan, dalam rangka mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM), sekaligus memanfaatkan bonus demografi dan momentum 100 tahun Indonesia merdeka. Keenam program tersebut yaitu Pendidikan Menengah Universal (PMU), Kurikulum 2013, peningkatan kualitas guru, rehabilitasi dan sarana prasarana, afirmasi daerah 3T, serta Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Bidikmisi.
Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (16/8) kemarin di depan sidang bersama DPR-RI dan DPD-RI di Gedung MPR/DPR RI Jakarta dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI. Untuk mendukung program-program prioritas tersebut, menurut Presiden, anggaran pendidikan ditingkatkan 7,5%, dari Rp. 345,3 triliun tahun ini menjadi Rp. 371,2 triliun di tahun 2014. Namun angka tersebut masih dimungkinkan mengalami perubahan, karena masih bersifat rancangan undang-undang (RUU).
Program Prioritas
Program PMU yang secara resmi diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh tanggal 25 Juni 2013 yang lalu, diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah. APK pendidikan menengah sampai tahun 2012 sebesar 78,9%. Dengan PMU, ditargetkan pada tahun 2020 APK pendidikan menengah dapat meningkat menjadi 97%. "Apabila tanpa program PMU, angka tersebut baru dicapai pada tahun 2040," kata Presiden pada kesempatan tersebut.
Sebagai konsekuensi logis atas dilaksanakannya kebijakan PMU ini, Pemerintah mulai tahun pelajaran 2013/2014 mulai menyalurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pendidikan menengah. Nilai nominal BOS tersebut yaitu Rp. 1.000.000,- per siswa per tahun untuk seluruh siswa sekolah menengah baik negeri maupun swasta. Selain itu pembangunan unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB), serta peningkatan kualifikasi dan kompetensi para pendidik dan tenaga kependidikan menjadi bagian tidak terpisahkan dari program PMU ini.
Selain itu implementasi Kurikulum 2013 juga mendapatkan perhatian serius di tahun depan. Tahun pelajaran 2013/2014 sekarang ini, Kurikulum 2013 telah diimplementasikan secara bertahap dan terbatas. Terkait implementasi Kurikulum 2013 tersebut, Mendikbud hari ini Sabtu (17/8) mengatakan bahwa penyiapan buku dan pelatihan guru menjadi hal yang mendapat perhatian khusus. "Kurikulum 2013, dimaksudkan untuk menyiapkan manusia Indonesia yang kreatif, inovatif dan mampu berpikir orde tinggi," kata Mendikbud.
Satu masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus, kata Presiden kemarin, adalah masalah kualitas guru, distribusi guru antar satuan pendidikan dan antar wilayah yang belum merata. Di daerah-daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan, masih ada guru-guru yang belum terpenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar pelayanan minimal. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan akan terus dilakukan, antara lain melalui peningkatan kualitas guru termasuk di dalamnya sertifikasi guru.
Menanggapi peningkatan kualitas guru tersebut, Mendikbud menjelaskan bahwa penataan sistem perguruan mutlak perlu dilakukan. Penataan tersebut, menurut Menteri Nuh, meliputi penataan sistem di lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK), pelatihan guru, karier guru, dan sertifikasinya.
Dalam rangka pemerataan kualitas SDM, beberapa program afirmasi akan tetap dilanjutkan dan ditingkatkan seperti pengiriman guru, pada daerah terpencil, terluar dan tertinggal (3T), pengiriman pelajar asal Papua untuk melanjutkan studinya di beberapa SMA/SMK dan Perguruan Tinggi Negeri terbaik di luar Papua.
Selain itu untuk makin memeratakan akses pendidikan, dalam tahun 2014 penyediaan bantuan siswa miskin (BSM) dan beasiswa Bidikmisi akan ditingkatkan. Dengan BSM dan beasiswa Bidikmisi diharapkan anak-anak dari keluarga miskin mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. (NW